Rabu, 23 Juli 2014

Menanam Jiwa "Mau Menerima Kekalahan" dalam Bentuk Apapun itu Penting!


Melihat Judul di atas mengingatkan kita akan masalah yang sedang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Apalagi kalau bukan tentang pemilu presiden 2014 yang mengusung nama para penggede Gerindra dan PDIP. Tak usah saya sebut nama, kalian juga pasti ngerti. Kenapa kali ini saya ungkit "mau menerima kekalahan" dalam bentuk apapun karena saya ingin pembaca yang budiman dapat mewariskan jiwa ini ke anak cucu kita kelak. Betapa tidak, melihat anak-anak pada jaman sekarang dengan kelengkapan gadget yang sudah tidak akan ketinggalan jaman, membuat mereka jauh dari kata "bersama", "berkorban", "berjuang"; malah membuat mereka semakin dekat dengan kata-kata "egois", "pemarah", "individual", "cuek". Sebenarnya hal-hal negatif itupun ada di diri kita juga yang kaum dewasa saat ini. Berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan menarik diri dari kesenangan semata ternyata tidak bisa menjauhkan kita dari tantangan, perlombaan dkk yang membuat kita harus selalu mawas diri, waspada terhadap segala macam hal yang akan memojokkan kita. Nggak munafik juga kalau aku pun juga mengalami hal yang sama. Pastilah kita akan mencoba untuk melindungi diri dan menyatakan bahwa "saya tidak berbuat apapun"! Lain halnya jika kita sedang berlomba. Pasti hanya ada 2 status yaitu kalah dan menang. Yang menang wajib bersukaria karena bisa mengalahkan pihak lain akan tetapi janganlah kita sebagai pihak yang menang untuk bersombong diri, angkuh dan suka menganiaya orang lain karena itu tidak baik. Tetaplah bersahaja di depan banyak orang dan hal tersebut bisa dilihat setelah kemenangan yang diperolehnya. Sedangkan yang kalah, kalah itu bukan berarti akan kalah selamanya, tidak! Kalah itu adalah kemenangan yang tertunda. Banyak definisi yang menyebutkan bahwa kalah itu selalu diidentikkan dengan pecundang atau loser ya, tapi ini berbeda. Jangan beranggapan bahwa kalah itu menjadi hal yang buruk bagi pihak yang menerima kekalahan. Justru dengan kekalahan tersebut, kita semakin terpacu untuk menjadi lebih baik dalam berbagai hal. Sebagai contoh kecil saja, kita lihat anak anak yang ada di sekitar kita. Sikap yang ditunjukkan oleh anak-anak sekitar kita itu mencerminkan perbuatan dan kelakuan orang tuanya. Kenapa? Karena mereka melihat tingkah laku kita dan menirunya. Anak-anak adalah the best imitater in the world. Apapun yang kita perbuat, pasti mereka menirunya. Intinya apapun yang diajarkan kita atau yang akan mereka tiru dari kita, akan melekat selamanya sampai mereka dewasa. Lalu apa hubungannya dengan judul di atas? Ada dong, karena anak-anak adalah peniru terhebat, maka kita pun harus bisa menanamkan bagaimana cara menerima kekalahan dalam bentuk apapun pada mereka. Biar apa? ya biar mereka bisa melihat tanpa menang pun mereka tidak akan pernah malu untuk menjalani kehidupan ini. Agar tidak seperti orang orang yang tidak mau menerima kekalahan trus protes, atau menerima kekalahan dengan wajah masam, dll. Kita harus bisa menanamkan rasa bangga pada diri anak-anak kita (kita juga kalo belom terlambat), agar mereka tidak terguncang jika harapan yang mereka dapat tidak sesuai. Itu adalah pengalaman saya dan pikiran saya, bagaimana pikiran dam pengalaman Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar